Pengembangan industri alat berat Indonesia saat ini berusia hampir setengah abad. Sejak diprakarsai pemerintah pada awal 1980-an, industri ini terus bertumbuh. Pada awal pengembangan industri ini, pemerintah dan pelaku usaha sempat ’ragu’ karena kebutuhan alat berat dalam negeri ketika itu hanya 500 unit/tahun, dan dipenuhi oleh impor.
Belakangan, berkat ketekunan, keyakinan, dan seiring berkembangnya perekonomian dalam negeri, keragu-raguan itu akhirnya sirna. Industri alat berat itu, kini telah mampu memproduksi dimana yang tertinggi yang pernah dicapai adalah sekitar 9.000 unit pada 2022. Meski belum memenuhi kebutuhan dalam negeri yang diperkirakan mencapai 20.000 unit. Industri ini telah melahirkan 250 industri komponen dengan kapasitas produksi 170.000 ton, dan menyerap tenaga kerja sebanyak 17.000 pekerja.
Potensi bertumbuhnya industri alat berat yang luar biasa terdapat pada sektor kehutanan, konstruksi, argo, dan pertambangan. Dengan pertumbuhan luar biasa di atas, industri alat berat dengan konsentrasi pada alat-alat berat tertentu akan kian berkembang, dan bukanlah ancaman lagi bagi pengembangan ke tahap-tahap selanjutnya.
Perjalanan ke depan tentu menghadapi banyak tantangan sekaligus harapan. Untuk menjadi pemain dunia akan menjadi keniscayaan, karena era “economic production quantity“ yang rendah telah terlewati. “Pekerjaan Rumah” yang harus segera diselesaikan adalah menghilangkan keraguan terhadap pendalaman produksi komponen yang memiliki tingkat kerumitan dan teknologi yang tinggi, yang sampai saat ini masih diimpor. Padahal nilai tambahnya sangat tinggi.
Kini, menjadi pemain dunia bermerek nasional di industri alat berat bukan lagi mimpi. Dengan dikomandoi secara apik oleh pemerintah, langkah awal dapat melalui program multisourcing dibarengi oleh kolaborasi R&D di setiap supply chain, peningkatan dukungan purnajual, serta ekspansi masif ekspor. Beriringan dengan itu penguatan Made in Indonesia perlu terus dipacu dengan terus mengembangkan industri komponen dalam negeri (termasuk key compo) dan berupaya terus menjadi pilar alat berat dunia. Pilihan selanjutnya, menantang para entrepreneur bernyali untuk membangun merek Indonesia.
Entrepreneur dimaksud adalah seorang “pelaku usaha andal“ yang mau berjibaku berinvestasi di industri alat berat. Dalam hal ini, hitung-hitungannya pasti berat pada awal perusahaan berdiri. Tapi pengusaha Vietnam saja berani berinvestasi di otomotif kendaraan roda empat yang risikonya jauh lebih berat. Pengusaha Indonesia pasti bisa karena lebih banyak yang mumpuni!
50 Tahun Industri Alat Berat Indonesia: Menjadi Pemain Dunia
SINOPSIS
Pengembangan industri alat berat Indonesia saat ini berusia hampir setengah abad. Sejak diprakarsai pemerintah pada awal 1980-an, industri ini terus bertumbuh. Pada awal pengembangan industri ini, pemerintah dan pelaku usaha sempat ’ragu’ karena kebutuhan alat berat dalam negeri ketika itu hanya 500 unit/tahun, dan dipenuhi oleh impor.
Belakangan, berkat ketekunan, keyakinan, dan seiring berkembangnya perekonomian dalam negeri, keragu-raguan itu akhirnya sirna. Industri alat berat itu, kini telah mampu memproduksi dimana yang tertinggi yang pernah dicapai adalah sekitar 9.000 unit pada 2022. Meski belum memenuhi kebutuhan dalam negeri yang diperkirakan mencapai 20.000 unit. Industri ini telah melahirkan 250 industri komponen dengan kapasitas produksi 170.000 ton, dan menyerap tenaga kerja sebanyak 17.000 pekerja.
Potensi bertumbuhnya industri alat berat yang luar biasa terdapat pada sektor kehutanan, konstruksi, argo, dan pertambangan. Dengan pertumbuhan luar biasa di atas, industri alat berat dengan konsentrasi pada alat-alat berat tertentu akan kian berkembang, dan bukanlah ancaman lagi bagi pengembangan ke tahap-tahap selanjutnya.
Perjalanan ke depan tentu menghadapi banyak tantangan sekaligus harapan. Untuk menjadi pemain dunia akan menjadi keniscayaan, karena era “economic production quantity“ yang rendah telah terlewati. “Pekerjaan Rumah” yang harus segera diselesaikan adalah menghilangkan keraguan terhadap pendalaman produksi komponen yang memiliki tingkat kerumitan dan teknologi yang tinggi, yang sampai saat ini masih diimpor. Padahal nilai tambahnya sangat tinggi.
Kini, menjadi pemain dunia bermerek nasional di industri alat berat bukan lagi mimpi. Dengan dikomandoi secara apik oleh pemerintah, langkah awal dapat melalui program multisourcing dibarengi oleh kolaborasi R&D di setiap supply chain, peningkatan dukungan purnajual, serta ekspansi masif ekspor. Beriringan dengan itu penguatan Made in Indonesia perlu terus dipacu dengan terus mengembangkan industri komponen dalam negeri (termasuk key compo) dan berupaya terus menjadi pilar alat berat dunia. Pilihan selanjutnya, menantang para entrepreneur bernyali untuk membangun merek Indonesia.
Entrepreneur dimaksud adalah seorang “pelaku usaha andal“ yang mau berjibaku berinvestasi di industri alat berat. Dalam hal ini, hitung-hitungannya pasti berat pada awal perusahaan berdiri. Tapi pengusaha Vietnam saja berani berinvestasi di otomotif kendaraan roda empat yang risikonya jauh lebih berat. Pengusaha Indonesia pasti bisa karena lebih banyak yang mumpuni!
Tags: